Misa Malam Satu Suro
Menghayati Budaya Jawa Sesuai Iman Katolik
Memperingati malam satu Suro, Gereja Salib Suci menggelar Misa Malam Satu Suro, Rabu (20/9) di lapangan basket Gereja Salib Suci, Jakarta Utara. Acara tersebut dimulai pukul 19.30 WIB.
Misa dipimpin oleh Romo FX.Wartadi CM. Misa diiringi dengan gamelan dan koor gabungan dari Paguyuban Karawitan Wahyu Ngesti Laras dan OMK. Dalam khotbahnya, Romo Wartadi meminjam tema Misa Malam Satu Suro Gua Maria Kerep, Ambarawa, Jawa Tengah, yaitu “Melalui Budaya Jawa Membangun Peradaban Kasih”. Hendaklah menjadi Jawa sungguh, Katolik sungguh, 100% Indonesia, 100% Katolik. Dengan budaya Jawa kita bisa menyumbangkan sesuatu untuk Indonesia,” ujar Romo Wartadi.
Romo Wartadi juga mengingatkan umat, melalui tirakatan umat dituntut mengenal budaya Jawa dan menghayatinya sesuai iman Katolik yang tersirat dari nasihat-nasihat. Antara lain pertama¸ ajining dhiri dumunung ing lathi (ucapan seseorang menunjukkan siapa dirinya). Sehingga kita harus menjaga mulut, supaya tidak jatuh.
Kedua, ojo dumeh (Jangan mentang-mentang). Mengajak kita untuk tidak sombong, meskipun kaya ataupun pintar.
Ketiga, wong sing wani ngalah kuwi gede wekasane (siapa yang berani mengalah pada akhirnya mendapat kemenangan). Nasihat itu mengajak kita untuk rendah hati. “Misalnya ketika dinasehati jangan brengkele, kalau benar dilaksanakan jika salah jangan dilaksanakan,” urai Romo Wartadi.
Keempat, ojo golek perkoro, minggiro! Yang berarti jangan mencari perkara dan hendaknya lebih baik menyingkir saja. Misalnya saat diajak membicarakan orang, sebaiknya menyingkir, tidak usah ikut-ikutan.
Terakhir, manunggaling kawula Gusti, yaitu persatuan kita dengan Allah. Dalam pengertian secara Katolik diartikan persatuan kita dengan Allah dalam Ekaristi.
Di akhir khotbahnya Romo Wartadi berpesan, “Hendaklah menjadi Jawa yang sungguh-sungguh dan mengembangkannya untuk negara. Dadio Jawa sing tenan, dadio Katolik sing tenan.”
Seusai Misa, dilanjutkan jamuan makan malam dengan hidangan soto. Juga makanan rebus. Seperti pisang, jagung, dan singkong, yang disebut pala gumantung (buah yang menggantung), pala kasimpar (buah yang merambat), dan pala kephendem (buah yang terpendam dalam tanah).
Sambil menikmati hidangan, umat disuguhi lagu Perahu Layar, Gambang Suling, Ojo Dipleroki dan beberapa lagu lain diringi gamelan dari Paguyuban Karawitan Wahyu Ngesti Laras, Paroki Cilincing. Acara ditutup dengan nonton wayang bersama melalui pemutaran video wayang kulit Gagrak Solo dengan Dalang Bayu Aji. (Yani)