top of page

Tahun Keadilan Sosial 2020

Amalkan Pancasila : Kita Adil, Bangsa Sejahtera

Logo Tahun Keadilan Sosial.jpg

Makna Logo :

1. Bentuk oval menjadi representasi dunia
sebagai rumah bersama seluruh ciptaan
dan menjadi simbol ikatan yang kuat bagi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Konfigurasi padi dan kapas membentuk
elips menggambarkan bangsa Indonesia
yang mengusahakan keadilan dan
kesejahteraan. Padi dan kapas adalah simbol
pangan dan sandang sebagai kebutuhan
dasar setiap manusia dan syarat utama untuk mencapai
keadilan dan kesejahteraan sebagaimana tertuang dalam nilainilai
Sila ke-5 Pancasila; Sila yang menjadi fokus penghayatan
dan gerak bersama Gereja Keuskupan Agung Jakarta di tahun
2020.
3. Gugusan pulau-pulau Indonesia yang berwarna kuning seperti
padi merupakan gambaran bangsa Indonesia yang makmur
merata.
4. Ilustrasi lima manusia yang berbeda-beda mewakili perbedaan
ras, suku, agama, budaya, bahasa, dll; serta mewakili unsurunsur,
perempuan dan laki-laki, anak-anak, orang muda,
orang tua, keluarga, dan mereka yang berkebutuhan khusus.
Semua berjalan bersama, gotong-royong, saling membantu
dan menolong agar tak ada lagi yang terpinggirkan, tidak ada
lagi korban ketidak-adilan, tidak ada yang miskin-kelaparan,
pengangguran, atau mereka yang tidak mengenyam
pendidikan, dll.
5. Warna hijau dan biru yang menjadi alas kelima manusia adalah
simbol pengharapan, hidup dan bertumbuh bersama dalam
keadilan dan kesejahteraan.
6. Burung Merpati adalah tanda kehadiran Roh Kudus yang
menjadi kekuatan gerak kehidupan bersama menuju
masyarakat adil dan makmur.
7. Keseluruhan konfigurasi disatukan dan disempurnakan oleh
tema “Tahun Keadilan Sosial” dalam bentuk tulisan di bagian
atas “Amalkan Pancasila” dan tulisan bagian bawah “Kita Adil,
Bangsa Sejahtera”.

Doa Tahun Keadilan 

Allah Bapa, Puji dan syukur
atas rahmat-Mu yang berlimpah.
Engkau mengajarkan bahwa setiap pribadi
berharga dan pantas dicintai.
Dalam terang Roh Kudus,
ajarilah kami menyadari
bahwa kami semua dipanggil
untuk mengasihi dan berbuat adil bagi sesama.
Engkau menghendaki kami
memperhatikan kehadiran
dan kebutuhan sesama,
serta menghormati martabat manusia.
Bimbinglah kami menjadi pribadi
yang semakin tangguh,
berhikmat dan berkeadilan
mengikuti teladan Yesus Putra-Mu.
Bantulah kami mewujudkan damai sejahtera
bagi sesama dan alam ciptaan-Mu.
Bunda Maria, Bunda Umat Berhikmat,
Bunda segala suku, doakanlah kami

(Elt)

  • Facebook Social Icon
  • Instagram Social Icon
  • Google+ Social Icon
BERITA TERBARU

Sebelum misa malam Natal (24/12),  tepatnya pukul 17.00, Walikota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko mengunjungi Gereja Salib Suci, Cilincing, Jakarta Utara. Pada kunjungan tersebut, Sigit ditemani Kapolres Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto, Camat Koja Ade Himawan, Lurah Tugu Utara Handayani, Ketua RT dan RW setempat.

Misa alam dilaksanakan pada tanggal 2-4 Agustus di Papandayan, Garut,  Jawa Barat. Kegiatan Misa Alam yang digagas oleh Pecinta Alam Paroki Salib Suci (PALAPASS) Cilincing, mendapat antusias yang sangat baik dari semua kalangan terlihat dari peserta yang mengikuti  mencapai  178.  Misa Alam adalah merayakan Ekaristi di alam terbuka atau diluar ruangan kapel atau gereja, kegiatan ini menjadi kesempatan para pencinta alam untuk melibatkan diri untuk mendapatkan ruang mengikuti misa sambil menikmati alam.  

Panggilan menjadi imam bisa datang dari pengalaman-pengalaman sederhana. Hal itu yang dialami Fr. Wenan. Ketika duduk di kelas 4 SD, saat ia mengikuti Misa Harian, ia bertemu dengan salah satu pastor berperawakan gemuk dan berjanggut. Waktu bersalaman, si pastor menyentuhkan tangan Fr. Wenan ke janggutnya. Fr. Wenan terkesan dengan keramahan si pastor. Dari situ ia menilai bahwa seorang imam itu baik. Pengalaman sederhana itu rupanya membangkitkan keinginan dalam diri Fr. Wenan untuk menjadi imam

Dalam rangka mengisi waktu libur, 4 OMK Gereja Salib Suci dan 2 anggota Palapass melakukan
pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi, Sabtu (9/6). Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta
menuju Bandara Sultan Thaha di Jambi. Dilanjutkan menempuh perjalanan darat selama 8 jam menuju
Paroki Kayu Aro, Jambi. Mereka bermalam di paroki tersebut.

Please reload

bottom of page