top of page
Membangun Komunitas Gereja yang Kuat

Selasa (1/5), Gereja Salib Suci mengadakan sarasehan dengan tema “Membangun Partisipasi Umat dalam Menggereja”. Acara ini diikuti oleh kurang lebih 150 peserta yang terdiri dari koordinator, wakil koordinator wilayah, ketua dan wakil ketua lingkungan, serta koordinator seksi, orka/kategorial, dan tokoh umat. Pukul 10.00, acara diawali dengan ramah tamah dan santapan yang disajikan di teras gereja. Setelah itu, para peserta memasuki gereja untuk mengikuti sesi pertama.

Menjadi Garam dan Terang
Sesi pertama pada pagi hari itu dibawakan oleh Agus Suherman, selaku tokoh umat dari Gereja Santo Lukas. Agus mengawali sesi pertama dengan mengajukan pertanyaan, “
Kenapa kita hadir di tempat ini?” Melalu pertanyaan itu, ia ingin menegaskan bahwa kehadiran para peserta adalah kehendak Yesus.

 

Yesus ingin umatnya menjadi garam dan terang. Sehingga, dengan kehendak-Nya, ia memampukan manusia untuk melakukan perkara besar. Melalui cara ini juga, kita dapat mengasihi Tuhan Yesus. Kita diajak untuk meluangkan waktu yang kita punya untuk mengasihi serta melayani Tuhan dan sesama.

Mewujudkan Komunitas yang Rendah Hati
Dalam sesi kedua, Fransiskus Tulungagung, atau Agung, pembicara dari Gereja Santo
Matius Penginjil, mengaitkan pelayanan dengan pembangunan Gedung Karya Pastora (GKP) Gereja Salib Suci Paroki Cilincing.

 

Menurutnya, Tuhan ikut campur tangan dalam pembangunan GKP, karena Tuhan juga menginginkan terbangunnya komunitas dengan pribadi yang rendah hati dan diberkati Tuhan. Sikap rendah hati ini dibutuhkan dalam membangun komunikasi yang efektif, khususnya dalam komunitas itu sendiri.

 

Agung juga menyinggung umat yang seringkali memiliki mentalitas kemiskinan atau merasa menjadi korban. Ia mengatakan, seharusnya umat justru memupuk semangat kemiskinan, bukan merasa menjadi korban.
 

Dalam Pedoman Imam Unio disebutkan bahwa semangat kemiskinan diwujudkan dengan hidup sederhana dan membatasi pemilikan barang yang dapat digunakan bersama. Semangat itu ditunjukkan melalui sikap terbuka dan kemauan untuk berbagi milik dan waktu
secara tulus.

Menyikapi Silang Pendapat dalam Komunitas
Dalam sesi itu pula, para peserta diminta untuk jujur dalam mengemukakan pendapat mengenai pembangunan GKP. Beberapa peserta menyatakan, pembangunan GKP menjadi kurang perlu, karena gedung lama yang ada masih layak, sehingga tidak perlu pembongkaran.
Tidak sedikit juga yang kemudian setuju dengan keputusan pembangunan GKP, karena menyadari fungsi dan kegunaannya di masa mendatang.

 

Agung mengatakan, pro kontra dalam berbagai hal lumrah terjadi. Namun, sebaiknya setiap silang pendapat dihadapi dengan rasa pengampunan (saling mengampuni) dan saling mengerti. Setiap orang yang berbeda pendapat dengan kita, dapat kita renungkan baik-baik dan membawa persoalan itu di dalam doa.

 

Dalam pembangunan GKP yang dihiasi silang pendapat ini, komunitas gereja hendaknya memiliki komunikasi yang efektif. Menurut Agung, umat bisa menyikapinya dengan BIDIK, yaitu “bicara”, “dengar”, dan “selidiki” secara efektif.

Bersama Membangun Gereja
Agung menyebutkan, umat Gereja Salib Suci merupakan umat yang sudah dewasa dalam iman. Umat yakin dapat mewujudkan pembangunan GKP, hanya dengan dana 3 miliar yang diberikan oleh KAJ. Padahal, dana tersebut masih sangat jauh dari dana yang dibutuhkan dalam pembangunan.

 

Panitia pembangunan GKP masih harus memutar otak untuk mencukupi kekurangan dana yang dibutuhkan. Edi dan Handoko, salah satu perwakilan panitia pembangunan, mengatakan akan melakukan berbagai cara untuk mewujudkannya. Mereka menambahkan panitia akan selalu bersikap terbuka (transparan) mengenai dana yang digunakan.

 

Panitia yakin, pembangunan GKP ini akan terwujud tepat waktu, sehingga para umat dapat menggunakan sarana tersebut dengan baik. Seluruh pelayanan pun akan dipusatkan dalam satu gedung. Umat juga tidak perlu cemas berkegiatan, dan tidak perlu memikirkan imbas dari pelebaran sungai suatu saat nanti.
 

Kerja sama komunitas gereja yang baik, dapat dilihat melalui pembangunan GKP ini. Salah satunya melalui penggalangan dana oleh umat dari seluruh jenjang usia. Sampai saat ini, partisipasi umat sangat membanggakan.

 

Salah satunya tampak dari 1000 buku Kupon Berbagi Kasih yang hingga kini telah berhasil dijual sebanyak 833 buku, dengan total uang sebanyak 1,1 miliar. Sampai dengan pengundian tanggal 26 Mei 2018 nanti, panitia masih akan menjual 117 buku lagi.

Sekelumit Cerita di Balik Pembangunan Gereja
Menutup sarasehan hari itu, Romo Canisius Sigit Tridrianto, CM membagikan cerita di balik pembangunan GKP. Pada tahun pertama pelayanan di Paroki Cilincing sebagai pastor paroki, ia hanya berkeinginan memperbaiki atap gereja yang bocor. Namun, ia justru diminta membangun GKP.

 

Ia meminta maaf pada para umat, jika belum tepat dalam mengkomunikasikan hal tersebut. Namun, ia memuji umat, yang dengan caranya sendiri-sendiri, telah bekerja keras dengan luar biasa untuk mewujudkan mimpi bersama.
 

Tiga poin yang penting yaitu kejujuran, rendah hati, dan komunikasi,” ujarnya. Ketiga poin tersebut adalah hal penting dalam membangun persekutuan dan komunitas gereja yang kuat. Pembangunan GKP menjadi salah satu pembuktian kekuatan komunitas gereja kita.

 

Mari kita bersama bangun gereja kita! (Yani/Karyn)

  • Facebook Social Icon
  • Instagram Social Icon
  • Google+ Social Icon
BERITA TERBARU

Mempererat Persaudaran Melalui Pembangunan GKP

Akhir Maret tahun ini, pembangunan Gedung Karya Pastoral (GKP) Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing sudah dimulai. Namun sebelum itu, dilakukan peletakan batu pertama, Minggu (25/3), tepatnya usai Misa Minggu Palma. Hadir pada acara itu Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, Perwakilan Kementerian Agama Jakarta Utara Kiai Daloh Abdaloh, Sekretaris Kecamatan Koja H. Sarpu, dan Sekretaris Kelurahan Tugu Asreli Sitompul.

Bank Sampah: Mengubah Sampah Menjadi Berkah

Usai Misa pukul 08.00 pagi, Minggu (15/4), Anastasia Wagiyantini, umat lingkungan St. Aloysius Gonzaga membawa sekarung sampah botol dan gelas plastik ke belakang gereja. Sampah yang dibawanya dari rumah itu diserahkan dan dijual kepada Bank Sampah. Setelah sampah ditimbang, petugas Bank Sampah mencatat nilai harga sampah.

OMK: Bangkit dan Berkarya Bersama Kristus dalam Bingkai Kebinekaan

Sabtu (21/4) pukul 18.00, sebanyak 50 Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Cilincing sudah berkumpul untuk mengikuti Ekaristi Kaum Muda yang kedua. Misa pada malam hari itu dipimpin oleh Romo Alex Dwi Widiatna, CM. Dalam kotbahnya, Romo Alex mempersilakan Frater Sonny membagikan pengalaman perjalanan hidupnya menjadi calon Imam.

Palapass: Siap dalam Segala Hal

Jumat hingga Minggu (16-18/3), berlangsung acara pelatihan internal organisasi Pencinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass) di Camping Ground Cidahu di kaki Gunung Salak, Jawa Barat. Acara ini diikuti oleh 18 orang yang tergabung dalam anggota Palapass dan Komunitas ALAMI (Alam Sahabat Kami). Michael Anthony, seorang ahli survivalist, yang juga founder komunitas Survival Skills Indonesia, hadir sebagai instruktur dalam acara tersebut. Tujuan kegiatan ini adalah memperdalam ilmu-ilmu survival untuk diterapkan di dalam kegiatan di komunitas masing-masing.

Gereja Sebagai Persekutuan

Minggu (8/4), di Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing, berlangsung acara sarasehan yang dihadiri kurang lebih 140 peserta yang terdiri dari para ketua lingkungan berserta wakil, koordinator wilayah beserta wakil, ketua seksi, ketua organisasi kategorial, ketua yayasan, suster dan bruder di Gereja Salib Suci, serta para tokoh umat lainnya.

Please reload

bottom of page