top of page

PANCASILA TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KATOLIK

Dalam rangka merayakan HUT Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing ke-40, digelar Sarasehan bertema Pancasila dan Iman Katolik itu berlangsung di Aula Gereja Salib Suci, Jakarta Utara, Minggu (27/8).

Hadir sebagai pembicara Ketua Asosiasi Filsuf Katolik Pastor Prof Dr F.X Eko Armada dan Ahli Hukum Gereja Pastor Dr Andang Binawan SJ. Dalam sambutannya, Pastor Kepala Paroki Cilincing Canisius Sigit Tridrianto CM mengatakan, di usianya yang ke-40, Gereja Salib Suci ingin melakukan aksi nyata di luar gereja. Gereja Salib Suci ingin mewujudnyatakan 100% Katolik dan 100% Indonesia. “Sesuai dengan tema HUT Gereja Salib Suci yang ke-40, yaitu Aku Sahabat Semua Orang. Rangkaian kegiatan sudah kami lakukan, dan inti kegiatan, yaitu menjadi sahabat semua orang,” ujarnya.

Pada kegiatan sarasehan itu Pastor Armada memaparkan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa. Menurutnya, Pancaslia bukanlah sebuah rumusan teks yang bisa diubah. Pancasila juga bukan buah pikiran Soekarno tetapi hasrat dan jiwa orang Indonesia.

Hati-hati bila anda mendengar ungkapan seorang pengamat yang mengatakan bahwa Pancasila merupakan sebuah rumusan teks yang bisa diubah. Logika kita keliru bila ingin mengubah Pancasila. Sebab Pancasila berbeda dengan teks,” katanya, tegas.

Sementara Pastor Andang menyampaikan mengenai nilai-nilai Pancasila. Menurutnya, Pancasila tidak bertentangan dengan Katolik. “Bagi saya, Pancasila merupakan mujizat karena bisa mempersatukan kita. Pancasila milik kita. Kita ingin 100% Katolik dan 100% Pancasila.”

Pastor Andang mengurai kelima sila dalam Pancasila. Sila pertama dan kedua dinilai sesuai dengan ajaran Katolik. “Manusia diciptakan seturut citra Allah karena itu manusia punya nilai yang sangat tinggi. Gereja Katolik menjunjung hak asasi manusia,” tandasnya.

Begitu juga dengan sila ketiga. “Gereja katolik harus menjadi garam dan terang tetapi tidak perlu menciptakan negara Katolik. Kita harus membangun persatuan.” Pastor Andang menambahkan, sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga berbahasa Indonesia. Ia mengkhawatirkan trend saat ini dimana masyarakat Indonesia tidak bisa  berbahasa Indonesia sebab mereka lebih bangga berbahasa asing.

Sementara sila keempat berhubungan dengan politik dan inti gagasannya dalah demokrasi. Gereja sangat menghargai politik tetapi Gereja Katolik tidak merestui hadirnya partai Katolik. Sebab akan dianggap memperjuangkan negara Katolik. Padahal Gereja Katolik harus memperjuangkan kepentingan bersama.

Gereja Katolik juga menyetujui adanya keadilan dalam hidup bersama, yang tertuang dalam sila kelima Pancasila. “Tujuannya supaya kita dapat hidup dengan baik. Itulah keadilan sosial,” urainya. (Maretta)

bottom of page