top of page

MISA ALAM 

SAYANGI BUMI LESTARIKAN KEHIDUPAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Misa alam dilaksanakan pada tanggal 2-4 Agustus di Papandayan, Garut,  Jawa Barat. Kegiatan Misa Alam yang digagas oleh Pecinta Alam Paroki Salib Suci (PALAPASS) Cilincing, mendapat antusias yang sangat baik dari semua kalangan terlihat dari peserta yang mengikuti  mencapai  178.  Misa Alam adalah merayakan Ekaristi di alam terbuka atau diluar ruangan kapel atau gereja, kegiatan ini menjadi kesempatan para pencinta alam untuk melibatkan diri untuk mendapatkan ruang mengikuti misa sambil menikmati alam.  

 

Kegiatan itu sendiri diselenggarakan “untuk mengajak seluruh kalangan agar melihat alam Indonesia yang Indah, agar semakin Cinta Indonesia umumnya dan Cinta lingkungan sekitar khususnya” ungkap Antonius Riyanto Wibowo selaku ketua Panitia misa alam. Diikuti oleh Romo Emanuel Prasetyono, CM dan Romo Albertus Yogo Prasetianto, Pr yang memiliki hobi pendakian tidak menjadi hambatan untuk ke 2 romo membawakan misa bersama peserta dengan hikmat. Disampaikan oleh Rm. Pras  pada momen sharing “Melalui kegiatan misa ini, setidaknya menjadi kesempatan bagi siapa saja dapat menikmati keheningan bersama alam tanpa menyibukan diri pada kesibukannya bermain gaget atau ketakutannya pada deadline pekerjaannya”  ungkap Rm Pras.

Tidak sampai disitu, kegiatan misa ini dinikmati para peserta sebagai kesempatan untuk bersama keluarga dan mengajarkan anak-anak pentingnya mengenal alam untuk belajar bersyukur dan menjadi sosok yang kuat. Benedictus Kian Ping yang memiliki 2 anak dan bersama istrinya “berakit-rakit dahulu berenang-renang kemudian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Mengajarkan pada anak-anaknya agar menjadi manusia dapat menghargai proses untuk mencapai kesuksesan.

 

Setelah melewati beberapa rangkaian kegiatan dipuncak, sampailah pada acara inti yaitu misa.  Dalam misanya Rm. Albertus menyampaikan “hidup itu seperti pendakian gunung  jalan boleh berlika-liku puncak adalah tujuan sama halnya dalam kehidupan  pasti akan menemukan tatantang tapi disinilah kita dapat kaya di dihadapan Allah bila kita mengikuti-Nya dengan setia dan tidak keluar dari jalannya kita akan mencapai puncak-Nya yaitu surga.” Setelah misa selesai kegiatan dilanjutkan dengan menanam sebagai tanda nyata kita menghidupkan yang lain melalui, melalui kegiatan ini kiranya dapat mengedukasi betapa pentingnya kesadaran bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa ciptaan-Nya yang lain.

 

Alam adalah gambaran cinta kasih-Nya pada manusia agar manusia dapat hidup bersamaan dan saling menghidupkan “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:  "Beranakcuculah dan bertambah banyak  ; penuhilah bumi   dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Kejadian 1:28.  

 

SALAM LESTARI 
(Obeth)

 

SAM_1228.JPG
SAM_1250.JPG
SAM_1114.JPG
DSC01052.JPG
DSC01048.JPG
DSC00981.JPG
  • Facebook Social Icon
  • Instagram Social Icon
  • Google+ Social Icon
BERITA TERBARU

Misa alam dilaksanakan pada tanggal 2-4 Agustus di Papandayan, Garut,  Jawa Barat. Kegiatan Misa Alam yang digagas oleh Pecinta Alam Paroki Salib Suci (PALAPASS) Cilincing, mendapat antusias yang sangat baik dari semua kalangan terlihat dari peserta yang mengikuti  mencapai  178.  Misa Alam adalah merayakan Ekaristi di alam terbuka atau diluar ruangan kapel atau gereja, kegiatan ini menjadi kesempatan para pencinta alam untuk melibatkan diri untuk mendapatkan ruang mengikuti misa sambil menikmati alam.  

Panggilan menjadi imam bisa datang dari pengalaman-pengalaman sederhana. Hal itu yang dialami Fr. Wenan. Ketika duduk di kelas 4 SD, saat ia mengikuti Misa Harian, ia bertemu dengan salah satu pastor berperawakan gemuk dan berjanggut. Waktu bersalaman, si pastor menyentuhkan tangan Fr. Wenan ke janggutnya. Fr. Wenan terkesan dengan keramahan si pastor. Dari situ ia menilai bahwa seorang imam itu baik. Pengalaman sederhana itu rupanya membangkitkan keinginan dalam diri Fr. Wenan untuk menjadi imam

Dalam rangka mengisi waktu libur, 4 OMK Gereja Salib Suci dan 2 anggota Palapass melakukan
pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi, Sabtu (9/6). Perjalanan dimulai dari Bandara Soekarno Hatta
menuju Bandara Sultan Thaha di Jambi. Dilanjutkan menempuh perjalanan darat selama 8 jam menuju
Paroki Kayu Aro, Jambi. Mereka bermalam di paroki tersebut.

Menyambut Era Digital dengan Logo Baru

Minggu 16/9, bersamaan dengan HUT Gereja Salib Suci (GSS) berlangsung peluncuran logo baru. Logo baru dibuat berdasarkan logo sebelumnya. "logo ini dibuat untuk menyambut era digital dan menginspirasi pelayanan gereja" ujar Rm Sigit, CM, Romo kepala GSS.

Sabar Senanti: Tumpukan Sampah Penyubur Tanah

Tumpukan sampah masih menjadi masalah hampir di seluruh bagian dunia. Di Jakarta, sampah organik masih menduduki peringkat pertama, sebagai sampah yang paling sering dihasilkan warga (53,75% dari seluruh sampah). Untuk mengatasi hal itu, berbagai alternatif pengolahan sampah mulai didengungkan para pegiat lingkungan hidup. Salah satu di antaranya adalah komunitas Pecinta Alam Paroki Salib Suci (Palapass).

Please reload

bottom of page