top of page
Kaum Muda: Bunda Maria Zaman Now

“Bayangkan Bunda Maria hidup di zaman sekarang?” ujar Frater Yoseph Sony Sutanto dalam talkshow bersama para kurang lebih 50 Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Cilincing, Sabtu (19/5) yang lalu. Talkshow tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Ekaristi Kaum Muda yang rutin diadakan setiap bulan oleh OMK Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing.
 

Seperti sebelumnya, EKM kali ini pun diadakan di pelataran gereja. OMK yang bertugas berasal dari wilayah 2 dan 13. Karena bertepatan dengan bulan Maria, tema “Meneladani Bunda Maria Zaman Now” disepakati menjadi tema EKM kali itu. Setelah misa bersama, acara dilanjutkan dengan games dan talkshow bersama para OMK.

Bunda Maria sebagai Teladan
Sebagai orang Katolik, kita diajarkan untuk melakukan devosi pada Bunda Maria sebagai bentuk penghormatan. Kepasrahan dan kelembutannya pada semua orang membuat Bunda Maria menjadi teladan yang baik bagi para orang Katolik. Meski dalam zaman yang berbeda, pribadi dan tindakan Maria masih relevan untuk kita.

 

Khususnya pada era teknologi ini, Frater Sony menekankan, Bunda Maria tetap bisa menjadi teladan yang baik. “Bayangkan Bunda Maria hidup di zaman sekarang? Ia pasti akan mengabarkan Yesus Sang Juruselamat, dan sukacita melalui media sosial miliknya. Dan tidak akan mewartakan dirinya sendiri,” ujarnya.
 

Bunda Maria pada zaman itu menanggapi kegelisahan para murid Yesus sejak ditinggal Yesus dengan mengajak mereka berdoa bersama. Ia berkumpul bersama mereka dan mengubah kegelisahan menjadi sukacita. Roh Kudus pun hadir di atas mereka, dan membuat mereka bisa mewartakan kabar sukacita dalam berbagai bahasa. Itu artinya, kita pun diajarkan untuk mewartakan sukacita dalam kata-kata dan bahasa yang mudah dimengerti orang lain.

 

Di era ini, kita dapat menanggapi ungkapan kebencian dan kegelisahan di masyarakat dengan terlebih dahulu memikirkan manusia lain. “Tanyakan pada diri sendiri, sudahkah media sosial saya berefek baik untuk orang lain?” tanya Frater Sony dalam kesempatan itu.
 

Dengan memanfaatkan teknologi yang semakin canggih, kita semakin dimampukan untuk mewartakan kabar sukacita seperti Bunda Maria pada zaman itu.

  • Facebook Social Icon
  • Instagram Social Icon
  • Google+ Social Icon
BERITA TERBARU

Menjalin Relasi dalam Jalan Santai

Jalan santai memperingati 211 tahun Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dengan lintasan sekitar 4 km diikuti sekitar 2000 peserta dengan antusias, termasuk umat  Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing. Sebuah bis disediakan untuk 60 orang umat Salib Suci menuju Katedral yang ingin bergabung dalam jalan santai ini. Tepat pukul 5 pagi, bis berangkat dan tiba di Katedral pukul 05.55 WIB.

Membangun Komunitas Gereja yang Kuat

Selasa (1/5), Gereja Salib Suci mengadakan sarasehan dengan tema “Membangun Partisipasi Umat dalam Menggereja”. Acara ini diikuti oleh kurang lebih 150 peserta yang terdiri dari koordinator, wakil koordinator wilayah, ketua dan wakil ketua lingkungan, serta koordinator seksi, orka/kategorial, dan tokoh umat. Pukul 10.00, acara diawali dengan ramah tamah dan santapan yang disajikan di teras gereja. Setelah itu, para peserta memasuki gereja untuk mengikuti sesi pertama.

Mempererat Persaudaran Melalui Pembangunan GKP

Akhir Maret tahun ini, pembangunan Gedung Karya Pastoral (GKP) Gereja Salib Suci, Paroki Cilincing sudah dimulai. Namun sebelum itu, dilakukan peletakan batu pertama, Minggu (25/3), tepatnya usai Misa Minggu Palma. Hadir pada acara itu Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, Perwakilan Kementerian Agama Jakarta Utara Kiai Daloh Abdaloh, Sekretaris Kecamatan Koja H. Sarpu, dan Sekretaris Kelurahan Tugu Asreli Sitompul.

Please reload

Polemik Doa pada Bunda Maria
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta mengajukan pertanyaan tentang doa pada Bunda Maria. Ia menanyakan, kenapa orang Katolik perlu melakukan devosi khusus pada Bunda Maria.


Frater Sony menganalogikan jawaban dari pertanyaan tersebut dengan pengalamannya berdoa kepada leluhur dalam budaya Tionghoa. Frater Sony menjelaskan, dengan berdoa kepada leluhur, orang-orang Tionghoa tidak serta merta menyembah leluhur. Doa pada leluhur bertujuan agar para leluhur mau mendoakan kita di surga. Begitu juga ketika kita berdoa pada Bunda Maria. Kita ingin Bunda Maria mendoakan kita dan menyampaikan doa kita pada Yesus. Untuk itulah kita berdoa Salam Maria sebagai bentuk penghormatan pada Bunda Yesus.

 

Setelah talkshow berakhir, para OMK langsung berkumpul untuk foto bersama. Setelah itu, mereka berbaris untuk menikmati santapan malam, sebelum berpamitan.

 

Sampai jumpa di EKM berikutnya! (Karyn)

bottom of page